Kamis, 20 Januari 2011



Lawang Sewu merupakan sebuah Gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda Semarang yang dahulu disebut Wilhelmina Plein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu). Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang banyak sekali (dalam kenyataannya pintu yang ada tidak sampai seribu, mungkin juga karena jendela bangunan ini tinggi dan lebar, masyarakat juga menganggapnya sebagai pintu).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945) di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan yang berusia 100 tahun tersebut kosong dan bereputasi buruk sebagai bangunan angker dan seram. Sesekali digunakan sebagai tempat pameran, diantaranya Semarang Expo dan Tourism Expo.Pernah ada juga wacana yang ingin mengubahnya menjadi hotel.Pada tahun 2007, bangunan ini juga dipakai untuk film dengan judul yang sama dengan bangunannya.
KAWAN SEVENTEEN ini berasal dari Album SEVENTEEN ke 2 yang berJudul "Kawan".
Atas dasar kami mencintai dan menyayangi SEVENTEEN seperti keluarga sendiri, maka berdirilah KAWAN SEVENTEEN (KS) yang diresmikan tanggal 11 September 2008 di Ampera Raya Jakarta Selatan.
Kawan Seventeen kan selalu mendukung SEVENTEEN di blantika musik tanah air Indonesia dan Internasional.
SEMANGAT SEVENTEEN dan KAWAN SEVENTEEN!!!
SEVENTEEN BAND kini memang tak lagi berisi anak-anak muda belasan tahun yang “nekat” berkarya karena ingin berekpresi soal cinta, kegelisahan dan kesedihan. Kini, band asal Jogjakarta ini merevolusi dirinya sendiri, dengan tampilan yang lebih matang dan dewasa.
Sebenarnya, band yang lahir 17 Januari 1999 ini tak tergolong band baru. Di ranah musik pop, Seventeen sudah melahirkan 2 album yang terhitung lumayan. Tidak meledak banget, tapi membuat penikmat musik Indonesia sempat menoleh.
Kala itu, selain Bani (bass), Andi (drum), Yudhi (gitar), dan Herman (gitar), divisi vokal masih diisi line-up Doni. Bareng Doni, Seventeen sempat menelorkan dua album [Bintang Terpilih & Sweet Seventeen].
Bertapa 3 tahun, ternyata membawa banyak perubahan internal band yang beberapa lagunya sempat menjadi theme-song beberapa sinetron di televisi swasta. Perubahan itu terasa sekali pada
personil yang kini mengisi Seventeen. Doni, frontman yang seolah menjadi ikon, memilih mundur. Kemudian tidak ada lagi nama Andi di posisi drum.
Mundurnya Doni, memang menjadi “keribetan” sendiri. Selain banyak mencipta lagu di album sebelumnya, karakter vokal Doni sudah ngeblend banget dengan Seventeen. Alhasil, ketika melakukan audisi, personil lainnya sempat ketar-ketir sebelum akhirnya menemukan Ifan, cowok asal Pontianak, sebagai vokalis.
Ifan pula yang didapuk sebagai vokalis di album ketiga bertajuk ‘LELAKI HEBAT’ [2008]. Ada perbedaan karakter yang kental. Doni berkarakter rock dengan aksentuasi serak yang khas, sementara Ifan lebih ngepop banget dengan ornamen melayu. Jadilah album ketiga ini, pop habis.
Album ini, SEVENTEEN menjagokan single ‘Selalu Mengalah’ yang terdengar lebih fresh dan ngepop dibanding track album sebelumnya. Oh ya, ketika merilis album, band Jogjakarta ini memilih “sarangnya” pembajak di Glodok. Bukan cari sensasi, tapi karena mereka gemas dan sebel dengan ulah pembajak itu. SEVENTEEN sangat sadar, kalau usai rilis album, tiba-tiba saja albumnya sudah da di lapak-lapak di Glodok. “Itu sudah kita antipasi, meski susah mencegahnya paling tidak kita sudah melakukan aksi,” kata Yudhi kepada RILEKS.COM, usai acara.SEVENTEEN memang sedang “bertaruh” dengan keberuntungan. Menjadi band medioker tentu bukan harapan mereka. Tapi kalau memang kudu berkutat dilevelan itu, SEVENTEEN mengaku akan tetap berkarya